Bank Muamalat Bidik 2 Juta TKI
Minggu, 21 December 2008
"Kebijakan yang diambil itu menguntungkan atau hanya berpihak kepada importir dan pengusaha, tidak berdampak pada kesejahteraan para petani," kata pengamat ekonomi Unpad Ina Primiana Sagir di depan forum Perhimpunan Jurnalis Indonesia di Hotel Garden Permata Bidakara Bandung, Minggu (20/4).
Ketidakstabilan harga, kata Ina, terjadi bukan karena tidak efektifnya kebijakan moneter, melainkan karena ketidakberesan yang terjadi pada kebijakan fiskal dan sektor riil. Sementara itu, penyelesaian yang diambil pemerintah hanya bersifat jangka pendek.
Salah satu kebijakan pemerintah yang ditempuh saat ini adalah operasi pasar. Menurut Ina, efektivitas kebijakan operasi pasar itu hanya untuk jangka pendek. Selain itu, operasi pasar tidak berdaya memecahkan akar permasalahan terjadinya ketidakstabilan harga bahan pokok tersebut. Padahal, di sisi lain, kebijakan operasi pasar tersebut juga membutuhkan biaya yang cukup besar.
Meski pemerintah telah membuat kebijakan untuk mengatasi, masalah ketidakstabilan harga ini tidak pernah tertuntaskan dan terus terusan terjadi secara berulang. "Masih akan terjadi kenaikan harga di waktu yang akan datang karena akar permasalahannya tidak pernah terpecahkan," tuturnya.
Lalu, apa sebenarnya akar permasalahan yang terjadi sehingga harga bergerak tidak stabil? Ina menjelaskan, akar permasalahannya adalah tidak dimilikinya kemandirian pangan dan dalam memenuhi kebutuhan pangan ini Indonesia tergantung pada impor.
"Selain itu, adanya ketidaksiapan penyediaan input bahan baku dari dalam negeri dan ketidakpercayaan terhadap penyediaan bahan baku hasil produksi dalam negeri oleh pengusaha industri manufaktur kita," sambungnya. (mba)
Bulan Depan Inflasi Masih Berlanjut
Darajat Arianto
Demikian halnya dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat sebagai akibat perekonomian dunia dan harga komoditas dunia yang masih tinggi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I/2008 berpotensi lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 6,35 persen. Hal ini juga dipengaruhi perlambatan permintaan domestik khususnya investasi.
Kenaikan harga berbagai komoditas baik langsung maupun tidak langsung dengan harga pangan dunia, tambah Hartadi, memicu ekspektasi inflasi yang lebih tinggi. Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK pada triwulan I/2008 tercatat 3,4 persen (quarter to quarter) atau 8,2 persen (year on year). (dar)
Media cetak dan elekronik nasional gencar memberitakan ancaman (sebagian pihak bahkan menyebutkan sudah) krisis pangan yang dialami negeri ini. Apa yang harus dilakukan pemerintah? Berikut pemikiran Siswono Yudo Husodo, mantan Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) yang menjadi salah seorang pembicara sekaligus narasumber pada workshop itu.
Tekanan inflasi dunia dalam tiga bulan pertama tahun ini cenderung meningkat. Tren ini secara umum disebabkan tingginya harga komunitas dunia, terutama pangan dan energi. Kecenderungan ini berimbas langsung pada peningkatan indeks harga konsumtif (IHK) Indonesia pada triwulan pertama tahun ini.
Workshop tentang Inflasi untuk Jurnalis |
Ditulis Oleh Ainur Rahman | |
Bandung, PJINEWS.COM - Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI) daerah Jawa Barat bekerjasama dengan Dewan Pers menggelar workshop bertemakan inflation target framework di Hotel Permata Garden, Bandung pada Sabtu-Minggu (19-29/4) untuk para 'pemburu berita' atau jurnalis. Dalam acara yang berlangsung dua hari itu, peserta pelatihan dibekali tentang berbagai persoalan yang berkaiatan dengan inflasi. Mulai persoalan penyebab inflasi secara global hingga dampaknya terhadap perkembangan perekonomian di daerah. Gubernur Bank Indonesia Hartadi A Sarwono yang hadir sebagai pemateri menjelaskan tentang peranan BI dalam pengendalian inflasi dan akselarasi pembangunan daerah sekarang ini. Dari survei BI dan Badan Pusat Statistik (BPS), Dalam emapat tahun terakhir, laju inflasi 34 dari 45 kota di Indonesia di atas rata-rata inflasi nasional. Bobot inflasi 34 kota itu sebesar 50,9 persen. Kelompok bahan makanan memberikan kontribusi besar terhadap inflasi. Sebabnya, lanjut Hartadi ada dua. Pertama, mata rantai distribusi yang terlalu panjang. Kedua, peran tengkulak dalam menentukan harga jual produk pertanian yang terlalu besar. Selain Hartadi, juga hadir sebagai pemateri Pembina Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Siswono Yudo Husodo yang membeberkan tentang Nasib Indonesia dalam Gejolak Pangan Dunia. Dalam pemaparannya, menurut Siswono, Indonesia yang saat ini sedang mengalami krisis pangan, bukan karena tidak adanya pangan, tetapi disebabkan empat hal. Pertama, ketergantungan pada pangan impor meningkat. Kedua, kualitas pangan rakyat yang relatif kurang baik. Ketiga, rakyat Indonesia digiring untuk menjadi pemakan roti dan mie yang bahan bakunya dari gandum. Keempat, banyak investor yang mengalihkan arena permainan ke perjudian di bursa komoditas. Sementara itu, Ekonom dari Universitas Padjajaran Ina Primiana menjelaskan, ketika harga kebutuhan bahan pokok terus melonjak, maka tingkat inflasi makin meningkat. Ketidakstabilan harga tersebut terjadi bukan disebabkan oleh kebijakan moneter, namun ada ketidakberesan dalam kebijakan fiskal dan sektor ril. "Antara lain, tidak adanya kemandirian pangan dan masih mengandal pada impor, ketidaksiapan input dalam negeri dan ada ketidakpercayaan terhadap produksi dalam negeri oleh pengusaha kita," jelas perempuan berkacamata itu. Dalam workshop tersebut, para jurnalis juga dibekali bagaimana memilih angle berita dan teknik penulisannya. Yang tak kalah penting, penyegaran terhadap kode etik jurnalistik juga disampaikan oleh Dewan Pers.Sumber:PJINEWS.COM |
Bandung, Kompas - Berdasarkan hasil survei Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik dalam empat tahun terakhir, laju inflasi 34 dari 45 kota di Indonesia di atas rata-rata inflasi nasional. Bobot inflasi 34 kota itu sebesar 50,9 persen. Kelompok bahan makanan memberikan kontribusi besar terhadap inflasi.
Demikian diungkapkan Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A Sarwono dalam Workshop Soal Perbankan dan Inflasi yang diselenggarakan Perhimpunan Jurnalis Indonesia, Sabtu (19/4) di Bandung.”Beberapa komoditas makanan penyumbang inflasi, antara lain kenaikan harga minyak goreng, cabai merah, dan mi,” ungkap Hartadi.
Menurut dia, pada bulan-bulan mendatang, makanan diperkirakan tetap menjadi penentu utama peningkatan inflasi. Selain itu, minyak tanah dan elpiji turut pula berperan karena tingkat kelangkaannya. Hartadi mengungkapkan, tekanan inflasi pada kuartal pertama tahun ini disebabkan naiknya harga komoditas di pasar dunia yang berakibat secara global, termasuk pada komoditas pangan dan energi nasional.
Tekanan ekonomi
News | nasional |
Jelang Pemilu 2009, Tokoh Tua Kembali Bermunculan | |||
Senin, 21/04/2008 | |||
BANDUNG (SINDO) – Jelang Pemilihan Umum/Pemilihan Presiden (Pemilu/Pilpres) 2009, kondisi politik nasional memanas.
Partai-partai politik (parpol) mulai melancarkan strategi politik. Para tokoh pun bermunculan menyatakan siap mencalonkan diri sebagai presiden. Tidak terkecuali tokoh-tokoh sepuh. Setelah sebelumnya mantan Menteri Penerangan Harmoko menyatakan siap bersaing dalam Pemilu 2009 melalui Partai Kerakyatan Nasional (PKN) yang telah dideklarasikannya, kini giliran Ketua Dewan Penasihat Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) Siswono Yudho Husodo yang mengaku siap dicalonkan menjadi presiden dalam Pilpres 2009.
Dia mengaku, langkah ini merupakan bentuk tanggung jawab dirinya untuk mengabdi bagi Tanah Air. ”Kalau memang saya masih dipercaya rakyat untuk memimpin bangsa ini, saya siap. Tapi kita tunggu saja nanti,” ungkap Siswono di sela-sela workshop Inflation Target Framework yang digelar Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI) Jabar di Bandung, Jawa Barat, kemarin.
Siswono juga mengaku dirinya sudah didekati beberapa parpol. ”Pokoknya ada partai yang sudah melirik saya, tapi lihat saja nanti kalau tiba waktunya,” ujar mantan Menteri Perumahan Rakyat dan Menteri Transmigrasi ini. Siswono yang sebelumnya menjadi pasangan Amien Rais sebagai calon wakil presiden pada Pilpres 2004 mengaku saat ini sudah menjalin komunikasi politik dengan parpol yang dulu mendukungnya.
(iwa ahmad sugriwa) Sumber : Sindo
====================================================================
Pak Sis, sapaan Siswono, enggan menyebut partai mana saja yang mengusung namanya dalam bursa capres atau swapres. Namun partai yang sudah mendekatinya merupakan partai yang memiliki basis massa yang cukup banyak. "Jabatan itu amanat. Siapa pun itu, kalau itu amanat dari rakyat ya harus siap,"jelas Pak Sis, yang malam itu menggunakan tongkat penyangga akibat lututnya cedera. "Saya sudah berusia 65 tahun, masih banyak yang muda muda. Tapi kalau itu amanat, kita harus siap," imbuh mantan cawapres pada Pilpres 2004 ini. (tor)
sumber:tribunjabar
====================================================================================
Program kerja PJI Jawa Barat tahun 2008
PJI Goes to Campus merupakan kerjasama antara PJI dengan himpunan mahasiswa jurnalistik di beberapa perguruan tinggi di
Workshop Jurnalistik bagi birokrat adalah kegiatan pemahaman jurnalistik bagi para birokrat dari mulai kelurahan sampai kota. Kegiatan dimulai dari Dinas Informasi dan Komunikasi (Disinkom) dilanjutkan dengan beberapa dinas lainnya di lingkungan Pemkot Bandung. Dalam hal ini PJI menyediakan pemateri. Adapun mengenai pembiayaan, perizian diserahkan kepada dinas bersangkutan.
PJINews.com, Jakarta, Ketua Dewan Pers Ichlasul Amal menyesalkan hakim di Mahkamah Agung (MA) yang tidak menggunakan UU Pers saat mengadili kasus majalah Time edisi Asia melawan mantan Presiden Soeharto, karena porsi persoalan terkait dunia pers sudah ada undang-undangnya dan bukan memakai KUHP.Menurut dia, jika peradilan tehadap kasus itu menggunakan UU Pers No. 40/1999, maka denda maksimal hanya Rp500 juta, bukan Rp1 triliun seperti yang terjadi pada putusan MA itu.
|