Bulan Depan Inflasi Masih Berlanjut
Darajat Arianto
BANDUNG, TRIBUN - Dalam penanganan inflasi di Indonesia, stabilitas harga pangan menjadi penting. Terutama komoditas yang strategis seperti beras dan minyak goreng, diperkirakan mampu mengurangi tekanan inflasi.
Demikian disampaikan Dr Hartadi A Sarwono, Deputi Gubernur Bank Indonesia, dalam Workshop Perbankan Angkatan VIII yang diadakan Perhimpunan Jurnalis Indonesia dan Dewan Pers, di Hotel Permata Bandung, Sabtu (19/4).
Hartadi menuturkan, inflasi yang tinggi akhir-akhir ini terjadi pada kelompok bahan makanan seperti minyak goreng dan cabai merah, sandang (emas), dan makanan jadi (mi dan beras).
"Jadi, inflasi di bulan mendatang diperkirakan masih meningkat dan terjadi pada kelompok bahan makanan serta kelangkaan minyak tanah dan elpiji. Karena itu, penangannya akan efektif jika dilakukan pada sisi penawaran," tutur Hartadi.
Menurutnya, perhitungan yang dilakukan BI menyimpulkan stabilitas harga terutama komoditas strategis dapat mengurangi tekanan inflasi secara efektif.
Stabilnya harga beras dan minyak goreng, misalnya, dapat mengurangi tekanan inflasi, yakni inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) 2006 sebesar 6,6 persen dapat berkurang menjadi 4,9 persen dan IHK 2007 6,6 persen dapat berkurang menjadi 5,6 persen jika harga beras dan minyak goreng stabil.
Demikian halnya dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat sebagai akibat perekonomian dunia dan harga komoditas dunia yang masih tinggi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I/2008 berpotensi lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 6,35 persen. Hal ini juga dipengaruhi perlambatan permintaan domestik khususnya investasi.
Kenaikan harga berbagai komoditas baik langsung maupun tidak langsung dengan harga pangan dunia, tambah Hartadi, memicu ekspektasi inflasi yang lebih tinggi. Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK pada triwulan I/2008 tercatat 3,4 persen (quarter to quarter) atau 8,2 persen (year on year). (dar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar