Selasa, April 22, 2008

Tingkat Inflasi 34 Kota di Atas Rata-rata Nasional
Rantai Distribusi Terlampau Panjang

Senin, 21 April 2008 | 01:22 WIB

Bandung, Kompas - Berdasarkan hasil survei Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik dalam empat tahun terakhir, laju inflasi 34 dari 45 kota di Indonesia di atas rata-rata inflasi nasional. Bobot inflasi 34 kota itu sebesar 50,9 persen. Kelompok bahan makanan memberikan kontribusi besar terhadap inflasi. 


Demikian diungkapkan Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A Sarwono dalam Workshop Soal Perbankan dan Inflasi yang diselenggarakan Perhimpunan Jurnalis Indonesia, Sabtu (19/4) di Bandung.”Beberapa komoditas makanan penyumbang inflasi, antara lain kenaikan harga minyak goreng, cabai merah, dan mi,” ungkap Hartadi.


Menurut dia, pada bulan-bulan mendatang, makanan diperkirakan tetap menjadi penentu utama peningkatan inflasi. Selain itu, minyak tanah dan elpiji turut pula berperan karena tingkat kelangkaannya. Hartadi mengungkapkan, tekanan inflasi pada kuartal pertama tahun ini disebabkan naiknya harga komoditas di pasar dunia yang berakibat secara global, termasuk pada komoditas pangan dan energi nasional. 


Penanganan masalah ini akan lebih efektif jika dilakukan dengan stabilisasi harga komoditas strategis. ”Stabilisasi harga bahan pokok komoditas strategis terbukti efektif mengurangi tekanan inflasi,” ujar Hartadi. Menurut Hartadi, untuk mencegah laju inflasi dan stabilisasi harga, BI bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik melakukan survei ke sejumlah daerah dan menemukan dua masalah penyebab inflasi di daerah. Pertama, mata rantai distribusi yang terlalu panjang. Kedua, besarnya peran tengkulak dalam menentukan harga jual produk pertanian.

Tekanan ekonomi

Hartadi mengatakan, dengan harga gabah yang rendah, petani sebenarnya enggan menyerahkan hasil panennya kepada tengkulak. Namun, karena tekanan ekonomi saat ini yang begitu berat, petani akhirnya terpaksa menjual hasil panennya kepada tengkulak.

”Untuk mengatasi masalah ini, Perum Bulog seharusnya tidak menetapkan kualifikasi yang terlalu ketat. Namun, sebagaimana tengkulak yang dapat memainkan harga, Bulog harus menyerap semua hasil panen agar harga terkontrol. Selain itu, untuk mendukung distribusi barang, sarana infrastruktur pun harus dibenahi,” katanya menambahkan.

Dalam rangka peningkatan pertumbuhan nilai ekonomi, BI berkomitmen untuk memberikan masukan kepada pemerintah pusat dan pemda berupa data, analisis, dan segala informasi tentang peluang ekonomi.

Bagi Hartadi, tingginya harga komoditas akhir-akhir ini seharusnya dapat dimanfaatkan oleh pemerintah maupun masyarakat, antara lain dengan melakukan intensifikasi produksi. Hartadi mencontohkan, produksi minyak Indonesia yang direncanakan dalam APBN 2008 sebesar 1,032 juta barrel per tahun tidak sanggup dipenuhi Pertamina. Tahun ini, Pertamina hanya menyanggupi produksi minyak sebesar 927.000 barrel.

Sebelumnya, pemerintah dan BI telah menetapkan sasaran inflasi untuk tiga tahun ke depan. Sasaran inflasi itu dituangkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1 Tahun 2008 tentang Sasaran Inflasi Tahun 2008, 2009, dan Tahun 2010. Sasaran laju inflasi tahun ini adalah 5 persen plus minus 1, inflasi 2009 ditargetkan 4,5 persen plus minus 1, dan tahun 2010 ditetapkan 4 persen plus minus 1. (A01)Sumber:Kompas


===============================================

Tidak ada komentar: