Catatan dari Workshop Perbankan,
Perhimpunan Jurnalis Indonesia (2)
Tekan Inflasi, BI Pilih Stabilkan Harga Pangan
Tekanan inflasi dunia dalam tiga bulan pertama tahun ini cenderung meningkat. Tren ini secara umum disebabkan tingginya harga komunitas dunia, terutama pangan dan energi. Kecenderungan ini berimbas langsung pada peningkatan indeks harga konsumtif (IHK) Indonesia pada triwulan pertama tahun ini.
Menurut Deputi Gubernur BI Bidang Moneter Hartadi A Sarwono, meningkatnya harga komunitas internasional memberikan tekanan pada inflasi inti. Disamping faktor ekternal inflasi IHK yang mencapai 3,4 persen (quarter to quarter) atau 8,17 persen (year on year) ini dipengaruhi faktor domestik seperti kelangkaan minyak tanah dan gangguan pasokan komuditas bahan makanan.
Dalam pertemuannya dengan para wartawan media cetak dan elektrinik, Hartadi mengungkapkan jika dikelompokan tingginya inflasi di Indonesia terjadi pada kelompok bahan makanan (minyak goreng dan cabe merah), sandang (emas) dan makanan jadi (mie instan dan nasi).
“Inflasi dalam bulan mendayang diperkirakan masih meningkat, dan masih terjadi pada kelompok bahan makanan serta kelangkaan minyak tanah dan elpiji. Karena tekanan ini bisa dikategorikan sebagai cost push inflation(tekanan dari sisi penawaran), maka penangananya akan lebih efektif jika dilakukan di sisi penawaran,” jelas doktor bidang moneter lulusan University of Oregon, Amerika Serikat itu.
BI sendiri gencar melakukan penanganan yang terstruktur terutama dengan melakukan stabilisasi harga, terutama komuditas strategis. Mereka mengklaim, stabilnya harga beras dan minyak goreng dapat mengurangi tekanan inflasi.
“Inflasi IHK 2006 sebesar 6,6 persen dapat berkurang menjadi 4,9 persen bila harga beras dan minyak goreng stabil. Begitu pula pada tahun berikutnyam dari 6,6 persen menjadi 5,6 persen. Ini akibat stabilisasi harga minyak goreng dan beras,” bebernya.
Stabilisasi harga melalui perbaikan distribusi pasokan masih sangat mungkin dilakukan. “Beras misalnya, perana badan penyangga seperti Bulog masih akan efektif dalam menjaga kebutuhan pasokan karena pada dasarnya stck beras yang ada masih mencukupi. Dengan stock beras yang cukup, Bulog dapat mendistribusikannya secara merata sesuai dengan kebutuhan ril pada saata dan daerah yang tepat,” jelas mantan kepala Perwakilan BI di Tokyo itu.
Nah, untuk mengatasi berbagai tekanan inflasi, pemerintah telah melakukan berbagai upaya. Diantaranya membentuk Tim Koordinasi Stabilisasi Pangan Pokok. Selain itu, mengeluarkan paket kebijakan stabilisasi pangan pokok yang meliputi komuditas beras, minyak goreng, tepung terigu, dan kedelai.
“Berdasarkan pemantauan BI sampai saat ini implementasi kebijakan stabilisasi pangan pokok berupatan intensif fiskal dan upaya peningkatan produksi dalam negeri telah menunjukan beberapa keberhasilan,” pungkasnya. (*) (Iman Saffir Rahman)
Sumber: RADAR BOGOR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar